Tugas : Makalah
PERILAKU KONSUMEN

OLEH :
WAYAN SRI WIDANI
(MI-09120)
JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA
POLITEKNIK INDOTEK SCHOOL
KENDARI
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat baik melalui peningkatan sarana dan prasarana berfasilitas teknologi tinggi maupun dengan pengembangan sumber daya manusia. Persaingan untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen telah menempatkan konsumen sebagai pengambil keputusan. Semakin banyaknya perusahaan sejenis yang beroperasi dengan berbagai produk/jasa yang ditawarkan, membuat masyarakat dapat menentukan pilihan sesuai dengan kebutuhannya.
Perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk kesadaran untuk memilih dan memperoleh produk terbaik bagi daya beli yang dibelanjakannya telah mendorong dunia usaha dan perbankan kepada suatu tingkat persaingan yang makin ketat, tepatnya adalah dunia usaha dan perbankan bersaing sebaik mungkin agar produknya dipilih dan dibeli. Keadaan tersebut pada gilirannya menempatkan fungsi dan peranan pemasaran dalam perusahaan sebagai fungsi yang berhubungan dengan konsumen (pasar) menjadi semakin penting.
Dewasa ini, keberhasilan pemasaran suatu perusahaan tidak hanya dinilai dari seberapa banyak konsumen yang berhasil diperoleh, namun juga bagaimana cara mempertahankan konsumen tersebut. Dalam pemasaran dikenal bahwa setelah konsumen melakukan keputusan pembelian, ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca pembelian yang didasarkan rasa puas dan tidak puas. Rasa puas dan tidak puas konsumen terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk/jasa. Bila produk/jasa tidak memenuhi harapan konsumen, konsumen merasa tidak puas, sehingga dimasa yang akan datang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang. Di lain pihak apabila sebuah produk/jasa melebihi harapan konsumen, konsumen akan merasa puas dan akan melakukan pembelian ulang.
Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan nyata konsumen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kejiwaan dan faktor luar lainnya yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang/jasa yang diinginkannya. Perilaku konsumen suatu produk dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keyakinan konsumen terhadap produk yang bersangkutan, keyakinan terhadap referen serta pengalaman masa lalu konsumen. Berkaitan dengan keinginan konsumen untuk membeli dikenal istilah minat beli. Minat beli merupakan bagian dari proses menuju ke arah tindakan pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen. Hal ini merupakan bagian dari kajian perilaku konsumen. Dengan demikian perilaku konsumen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang sewaktu sedang menyeleksi, membeli dan menggunakan produk-produk dan jasa-jasa, sedemikian rupa sehingga hal tersebut memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka.
Minat beli dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain faktor psikis yang merupakan faktor pendorong yang berasal dari dalam diri konsumen yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan sikap, selain itu faktor sosial yang merupakan proses dimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh keluarga, status sosial, dan kelompok acuan, kemudian pemberdayaan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi dan juga distribusi.
Perilaku konsumen pasca pembelian sangat penting bagi perusahaan. Perilaku konsumen dapat mempengaruhi ucapan-ucapan mereka kepada pihak lain tentang produk perusahaan. Bagi semua perusahaan, baik yang menjual produk maupun jasa, perilaku konsumen pasca pembelian, akan menentukan minat konsumen untuk membeli lagi produk/jasa perusahaan tersebut. Ada kemungkinan konsumen tidak akan membeli produk/jasa perusahaan lagi setelah merasakan ketidaksesuaian kualitas produk/jasa yang didapatkan dengan keinginan atau apa yang digambarkan sebelumnya.
1.2. Rumausan Masalah
1.2.1. Apa pengertian Perilaku Konsumen ?
1.2.2. Bagaimana Teori Perilaku Konsumen ?
1.2.3. Apa Yang Dimaksud dengan Pendekatan Perilaku Konsumen ?
1.2.4. Bagaimana Karakteristik Konsumen Indonesia ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Menjelaskan Pengertian Perilaku Konsumen !
1.3.2. Menguraikan Teori Perilaku Konsumen !
1.3.3. Menjelaskan dan Memberikan Pemahaman Tentang pendekatan Perilaku Konsumen !
1.3.4. Memaparkan Karakteristik konsumen Indonesia !
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengenalan Perilaku Konsumen
Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, dan tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.
Analisis tentang berbagai faktor yang berdampak pada perilaku konsumen menjadi dasar dalam pengembangan strategi pemasaran. Ya, pemasar wajib memahami konsumen, seperti apa yang dibutuhkan, apa seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan. Alasan mempelajari perilaku konsumen antara lain :
ü Mendesain bauran pemasaran
ü Memposisikan dan mendiferensiasikan produk
ü Mengembangkan studi riset pasar


ü Orientasi Konsumen (tujuan menkomsumsi kebutuhan/keinginan)
ü Fakta-fakta tentang perilaku manusia (kehendak)





Berikut contoh perumpamaannya :
Roy, mahasiswa universitas swasta terkenal di Jakarta (Who) ingin membeli (How) Nokia E90 (What). Ia ingin membelinya karena HP teman-teman Roy canggih semua (Why). Ia berencana membelinya akhir minggu ini setelah mendapatkan uang saku dari orang tua (When) di pusat perdagangan HP di dekat kampusnya (Where). Nah, mempelajari 5W+1 H ini merupakan inti dari Perilaku Konsumen.
Menurut James F. Engel - Roger D. Blackwell - Paul W. Miniard dalam Saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu :



2.2. Teori Perilaku Konsumen
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
2.3. Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang.
Asumsi : Konsumen bersikap rasional, dengan anggaran yang tersedia, konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang dikonsumsinya.
2.3.1. Pendekatan Kardinal (Daya Guna Marginal) bisa diukur dengan angka




Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang. Syarat Keseimbangan :
1. MUx/Px = Muy/Py = ….= Mun/Pn
2. Px Qx + Py QY + ……+ Pn Qn = M
Keterangan :
MU = marginal utility
P = harga
M = pendapatan konsumen
Diketahui : Px=2, Py=1 , M=12
Syarat Equilibrium :
1. MUx / Px = MUy / Py => 12 / 2 = 6 / 1
2. Px Qx + Py QY = MPx Qx + Py QY = M
=> (2) (3) + (1) (6) = 12
Total Utility = MUx QX + MUy QY
= (12) (3) + (6) (6)
= 72
2.3.2. Pendekatan Ordinal (kepusan tidak bisa di ukur dengan angka)
Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan. Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif). Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Ciri-ciri kurva indiferens:



2.3.3. Perbedaan Antara Pendekatan Kardinal dengan Ordinal
Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka.
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama.
2.4. Karakteristik Konsumen Indonesia
Indonesia memilki lebih dari 220 juta penduduk dengan ratusan suku yang tersebar di berbagai pulau. Sekalipun berbeda-beda suku dan bahasa, namun tentunya ada kesamaan karakter, yang bisa dijadikan patokan bagi para marketer untuk menjalankan strategi marketing.
Karakter unik itu adalah :
2.4.1. Berpikir jangka pendek.
Ternyata sebagian besar konsumen Indonesia sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba Instant, sperti produk semacam Extra Joss, Hemaviton Jreng, Indomie, dsbnya laris manis di pasaran. Sebaliknya masih sangat susah sekali memasarkan asuransi pada sebagian besar penduduk Indonesia, karena konsumen cenderung enggan melakukan investasi (dalam bentuk apapun) yang hasilnya bisa dinikmati mungkin belasan tahun ke depan.
Salah satu strategi yang masih ampuh untuk konsumen berpikiran pendek adalah dengan memberikan discount dan hadiah langsung. Survei AC Nielsen menunjukkan 76% pembeli menyukai diskon harga dan 18% menyukai hadiah langsung.
2.4.2. Tidak Terencana.
Konsumen Indonesia termasuk konsumen yang tidak terbiasa merencanakan sesuatu. Sekalipun sudah, tapi mereka akan mengambil keputusan pada saat-saat terakhir. Kebiasaan ini mirip dengan kebiasaan konsumen kelas satu. Namun jika kebiasaan pertama tidak melihat jauh ke depan, kebiasaan kedua ini tidak menyiapkan sesuatu jauh di belakang.
Mungkin saat kita duduk di bangku sekolah, kita juga mengenal SKS (sistem kebut semalam) dalam belajar atau dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Termasuk dalam mendaftar seminar sampai membayar tagihan, semua dilakukan dalam waktu yang mepet. Salah satu bentuk perilaku konsumen yang tidak punya rencana adalah terjadinya Impulse Buying (membeli tanpa rencana / spontan membeli ketika tertarik dengan sebuah produk).
Berdasarkan survei Nielsen,ternyata 85% pembelanja ritel modern cenderung untuk berbelanja sesuatu yang tidak direncanakan. Strategi yang paling baik untuk karakter ini adalah dengan membuat display semenarik mungkin dan strategis tempatnya atau bisa juga dibantu dengan SPG.
2.4.3. Suka Berkumpul
Kebiasaan suka berkumpul sudah melekat dalam budaya konsumen kita, sampai adanya istilah “mangan ora mangan asal ngumpul” dalam masyarakat jawa. Strategi paling efektif untuk karakter ini adalah strategi komunikasi Word of mouth,
ini terbukti dari riset para pembeli rumah lewat KPR, awareness tertinggi konsumen terhadap produk KPR bukanlah berasal dari iklan atau brosur, tetapi justru datangdari teman atau relasi. Hal serupa juga terjadi dalam pembelian minyak pelumas.
ini terbukti dari riset para pembeli rumah lewat KPR, awareness tertinggi konsumen terhadap produk KPR bukanlah berasal dari iklan atau brosur, tetapi justru datangdari teman atau relasi. Hal serupa juga terjadi dalam pembelian minyak pelumas.
Kesuksesan yang di raih Amanda brownies dan Kartika Sari dari Bandung juga mengandalkan strategi ini. Kata kunci dari strategi word of mouth ini adalah terletak pada opini leader dari komunitas yang ada. Sebab jika sang pemimpin bisa diyakinkan pada sebuah merk, maka dia akan memberikan rekomendasi kepada komunitasnya.
2.4.4. Gagap teknologi.
Rendahnya penetrasi teknologi tinggi di indonesia menunjukkan bahwa mayoritas konsumen kita relatif masih “gaptek” sehingga adopsi terhadap suatu teknologi relatif jauh lebih lambat. Hal ini tampak dalam survei Frontier tentang alasan konsumen tidak menggunakan mobile banking, 32,66% mengatakan tidak tahu mengoperasikannya dan 16,75 menganggapnya tidak aman. Begitu juga dengan penetrasi penggunaan internet, baru menyentuh angka 9,0%, bandingkan dengan malaysia yang penetrasinya sudah 47,8%.
Rendahnya tingkat penetrasi produk teknologi tinggi ini berhubungan erat dengan dengan tingkat pendidikan masyarakat kita. Namun jangan pesimis dulu, sebab konsumen yang berusia muda kini lebih adaptif dengan teknologi baru karena dorongan arus globalisasi. Sayangnya daya beli mereka tidak begitu tinggi. Untuk mengatasi masalah daya beli ini, pemasar bisa mengusung strategi Price Bundling, seperti yang di lakukan Fren, Esia,Flexi dan yang lainya. Bisa juga dengan mempermudah penggunaanya seperti yang dilakukan oleh Nokia.
2.4.5. Orientasi Pada Konteks.
Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu, konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri. Tiga ciri spesifik konsumen kita dalam menyerap informasi :
ü Pertama, memiliki minat baca yang rendah.
ü Kedua, memilih segala sesuatu-baik dari membaca atau menonton yang ringan dan menghibur.
ü Ketiga, mudah diubah persepsinya.
Dampak dari ciri tersebut terhadap perilaku komsumsi orang Indonesia dibuktikan dengan layanan informasi SMS yang didominasi layanan ring tones dan musik. Selain itu tampak pula dengan tingginya rating acara-acara infotainment. Keengganan membaca juga menyebabkan konsumen kurang memperhatikan informasi yang terdapat pada suatu produk.
2.4.6. Suka Merek Luar Negeri
Soal menyamar, kita bisa belajar dari Polytron. Sebab sudah 28 tahun produk elektronika asli dalam negeri ini “menyamar” sebagai merek mancanegara, dan cukup berhasil. Kenapa harus menyamar? Alasanya menyangkut image dan kualitas merek luar negeri yang dipersepsi lebih baik dan bergengsi dibandingkan buatan Indonesia.
Penjajahan selama berabad-abad, mau tidak mau memang membuat bangsa Indonesia sering memandang inferior terhadap diri sendiri atau bisa juga karena sifat gengsi sehingga membuat merek-merek dari luar negeri begitu mendominasi pasar Indonesia dibandingkan merek lokal. Untunglah,sekarang sudah mulai banyak merek lokal yang unjuk gigi dipasar domestik walaupun beberapa diantaranya harus dengan cara menyamar seperti Polytron, Detron, Stanley Adams dll.
2.4.7. Religius.
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.
2.4.8. Gengsi
Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi :
ü Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer.
ü Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pembrontakan” untuk cepat naik kelas.
ü Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
2.4.9. Kuat Di Subculture
Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain. Pada produk-produk tertentu, ada hal yang bersifat lokal yang memang harus diperhatikan. Contohnya, orang Jawa suka manis, orang Padang suka yang pedas, orang Batak suka bicara keras, orang Semarang suka menawar dll.
Strategi pemasaran yang bisa di pakai adalah dengan membuat konten-konten lokal untuk kegiatan komunikasi atau dengan memperkuat aktifitas below the line di daerah dengan mengadopsi budaya lokal sehingga lebih mudah diterima konsumen setempat.
2.4.10. Kurang Peduli Lingkungan
Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan, begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka. Sebaliknya,akan susah sekali memasarkan produk dengan tema ramah lingkungn untuk kalangan bawah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.
3.1.2. Menurut James F. Engel - Roger D. Blackwell - Paul W. Miniard dalam Saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
ü Pengaruh lingkungan,
ü Perbedaan dan pengaruh individu,
ü Proses psikologis.
3.1.3. Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang terbagi atas dua yaitu, pedekatan kardinal dan ordinal.
3.1.4. Asumsi : Konsumen bersikap rasional, dengan anggaran yang tersedia, konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang dikonsumsinya.
3.1.5. Perbedaan antara pendekatan kardinal dengan ordinal adalah Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy (pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama.
3.1.6. 10 karateristik konsumen indonesia :
ü Berfikir jangka pendek,
ü Tidak terencana,
ü Suka berkumpul,
ü Gagap teknologi,
ü Orientasi pada konteks,
ü Suka merek luar negeri,
ü Gengsi,
ü Kuat Di Subculture,
ü Tidak perduli lingkungan.
3.2. Kesan dan Saran
Kesan kami terhadap perilaku konsumen indonesia adalah tidak seimbang antara pendapatan dan pngeluaran, karena didasari dengan rasa gengsi dan ingin bersaing dalam gaya dan berpnapilan sehingga mengakibatkan banyak meminjam dana kepada teman maupun suatu instansi disamping itu konsumen indonesia berbelaja kurang teliti dalam memilih produk karena ad faktor ikut-ikuttan.
Saran kami hendaknya masyarakat indonesia lebih teliti dalam memilih produk agar seimbang antara pengeluaran dan kepuasan yang kita dapat dari suatu produk tersebut, jangan hanya memelih produk yang hanya tampilan luarnya menarik namun berkualitas rendah dan hendaknya masyarakat harus belajar mencintai dan memakai produk dalam negeri karena produk luar negeri tidak jauh beda dengan produk dalan negeri, terutama bahan bakunya.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com/pengenalan perilaku konsumen
www.google.co.id/perilaku konsumen II